ipa.umsida.ac.id – Penguatan literasi sains menjadi salah satu indikator penting dalam implementasi Kurikulum 2013, terutama pada mata pelajaran IPA. Menyadari masih rendahnya kemampuan siswa dalam memahami fenomena ilmiah, memecahkan masalah, dan menggunakan bukti ilmiah dalam kehidupan sehari-hari, tim peneliti dari Program Studi Pendidikan IPA Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) yang terdiri dari Dr Noly Shofiyah MPd MSc, Iftita Afrilia, dan Fitria Eka Wulandari MPd melakukan riset untuk mengkaji efektivitas pendekatan saintifik terhadap peningkatan literasi sains siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Wonoayu, Sidoarjo dengan melibatkan 34 siswa kelas VIII sebagai subjek.
Hasil Awal Ungkap Rendahnya Literasi Sains Siswa
Berdasarkan uji pendahuluan yang dilakukan tim peneliti, diketahui bahwa siswa masih memiliki kemampuan rendah dalam berbagai indikator literasi sains. Hanya 36% siswa yang mampu menjelaskan fenomena ilmiah dengan baik, 18% mampu menyelesaikan masalah berbasis sains, dan 35% menunjukkan kemampuan menggunakan bukti ilmiah untuk menarik kesimpulan. Temuan ini menjadi dasar penting untuk menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran, dengan harapan mampu meningkatkan ketiga indikator tersebut secara signifikan.
Pendekatan saintifik dalam penelitian ini diimplementasikan melalui pembelajaran topik cahaya. Siswa diajak untuk melakukan serangkaian kegiatan ilmiah seperti mengamati, bertanya, menalar, mengeksplorasi, dan mengomunikasikan hasil. Proses ini tidak hanya mengaktifkan siswa dalam proses belajar, tetapi juga membentuk pola pikir ilmiah yang sistematis. Data dikumpulkan melalui pretest dan posttest menggunakan soal uraian berbasis indikator Pan-Canadian Assessment Program (PCAP) untuk mengukur tingkat literasi sains.
Efektivitas Pendekatan Saintifik Tergolong Sedang
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan rumus N-gain, pendekatan saintifik terbukti memberikan efek sedang terhadap peningkatan literasi sains siswa. Nilai rata-rata pretest adalah 44,03 dan meningkat menjadi 64,03 pada posttest. Sebanyak 20 dari 34 siswa mengalami peningkatan kategori sedang dalam skor N-gain, terutama pada aspek scientific reasoning (penalaran ilmiah), yang menjadi indikator dominan dibandingkan scientific inquiry maupun problem solving.
Pada indikator scientific reasoning, siswa menunjukkan kemampuan lebih baik dalam menyusun argumen logis dan menarik kesimpulan dari data eksperimen. Sedangkan pada scientific inquiry, siswa dilatih untuk merancang eksperimen sederhana, menyusun hipotesis, dan menganalisis hasil pengamatan menggunakan grafik atau tabel. Adapun pada indikator problem solving, siswa diarahkan untuk mengidentifikasi masalah dari kehidupan sehari-hari dan merancang solusi berbasis konsep ilmiah.
Grafik hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mengalami perkembangan lebih pesat pada aspek penalaran dibandingkan pemecahan masalah. Ini mengindikasikan bahwa kegiatan seperti diskusi, analisis fenomena, dan presentasi hasil sangat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan berpikir ilmiah.
Saintifik Sebagai Strategi Pembelajaran Berbasis Literasi
Berdasarkan temuan penelitian, tim dosen Umsida merekomendasikan agar pendekatan saintifik diterapkan secara konsisten dalam pembelajaran IPA. Pendekatan ini tidak hanya memperkuat capaian kognitif siswa, tetapi juga membentuk karakter ilmiah seperti rasa ingin tahu, berpikir kritis, dan mampu membuat keputusan berdasarkan data.
Noly Shofiyah menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis pendekatan saintifik menjadi lebih bermakna ketika dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa. “Melalui observasi langsung dan eksperimen sederhana, siswa tidak hanya belajar konsep, tapi juga merasakan manfaat berpikir ilmiah dalam kesehariannya,” terang peneliti dalam laporan tersebut.
Guru-guru IPA diharapkan dapat memanfaatkan hasil riset ini untuk menyusun strategi pembelajaran yang lebih interaktif dan kontekstual. Selain itu, penguatan literasi sains juga perlu didukung dengan lingkungan belajar yang mendukung budaya literasi seperti kebiasaan membaca, berdiskusi, dan pemanfaatan laboratorium sekolah.
Penulis: Mutafarida