ipa.umsida.ac.id — Dalam era digital yang terus berkembang, tantangan dalam dunia pendidikan semakin kompleks, terutama dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Matematika yang menuntut pemahaman konsep secara konkret melalui praktikum. Sayangnya, keterbatasan alat, bahan, dan fasilitas laboratorium masih menjadi kendala di banyak sekolah, termasuk di SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo. Menjawab permasalahan ini, tim dosen Pendidikan IPA dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) yang dipimpin oleh Dr. Septi Budi Sartika, M.Pd menghadirkan solusi inovatif melalui pelatihan laboratorium virtual berbasis PhET Interactive Simulations. Pelatihan ini tidak hanya bertujuan memperkenalkan teknologi baru dalam pembelajaran, tetapi juga memberdayakan guru agar mampu menghadirkan pengalaman praktikum yang interaktif dan bermakna bagi siswa, meskipun tanpa laboratorium fisik.
Inovasi Praktikum melalui Teknologi Virtual Berbasis PhET Interactive Simulations
Pelatihan laboratorium virtual berbasis PhET Interactive Simulations yang digagas oleh Dr. Septi Budi Sartika, M.Pd dan tim dari Program Studi Pendidikan IPA FPIP Umsida menjadi angin segar bagi para guru IPA dan Matematika di SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian kepada masyarakat, yang ditujukan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran secara interaktif dan sesuai perkembangan teknologi pendidikan.
“Tidak ada alasan untuk tidak melakukan kegiatan praktikum. Laboratorium virtual ini menjadi alternatif penting agar pembelajaran tetap berjalan, meski tidak menggunakan laboratorium fisik,” ungkap Dr. Septi dalam sesi pembukaan pelatihan.
PhET Interactive Simulations merupakan platform simulasi interaktif berbasis teknologi yang dapat diakses secara online maupun offline. Aplikasi ini memungkinkan siswa melakukan praktikum maya untuk berbagai konsep abstrak dalam IPA dan Matematika, seperti gaya, listrik, magnet, atom, dan energi. Pelatihan yang diberikan meliputi pengenalan platform PhET, pemetaan materi praktikum yang bisa dialihkan ke bentuk simulasi, serta penyusunan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang terintegrasi dengan penggunaan aplikasi tersebut.
Kemitraan Umsida dan SMP Sepuluh Nopember
Pelatihan ini dilaksanakan di SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo, sebuah sekolah swasta terakreditasi A yang berlokasi di Jalan Raya Siwalanpanji, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Berdasarkan data Dapodik 2019, sekolah ini memiliki 734 siswa, 22 guru, dan 6 tenaga kependidikan, dengan lima guru mengampu mata pelajaran IPA untuk kelas VII hingga IX.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tim Umsida dengan kepala sekolah dan guru IPA, ditemukan bahwa pembelajaran IPA selama ini lebih banyak berlangsung di ruang kelas daripada di laboratorium. Hal ini disebabkan keterbatasan alat peraga, bahan praktikum, serta ketersediaan modul yang belum lengkap. “Modul praktikum memang ada, tetapi tidak mencakup semua materi. Bahkan, saat ada jadwal praktikum pun, sering dilakukan di kelas karena keterbatasan alat,” ungkap Kepala Sekolah SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo.
Melihat kondisi tersebut, tim dosen Umsida menyusun program pelatihan dengan tiga tahapan utama: perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Pada tahap perencanaan, dilakukan analisis kebutuhan melalui wawancara dan pengumpulan data. Tahap pelaksanaan melibatkan pemetaan materi praktikum nyata dan maya, pelaksanaan workshop penggunaan aplikasi PhET, serta uji coba implementasi pembelajaran menggunakan simulasi interaktif. Terakhir, tahap pelaporan mencakup penyusunan artikel ilmiah, publikasi media massa, serta pembuatan buku panduan aplikasi dan materi pembelajaran berbasis PhET.
Bagaimana Dampaknya: Implementasi dan Respon Positif dari Guru
Pelatihan ini mendapatkan respon yang sangat positif dari para guru IPA dan Matematika. Mereka merasa terbantu dengan materi pelatihan yang disusun secara sistematis, termasuk handout, daftar simulasi yang sesuai dengan Kurikulum 2013, dan bahan ajar pendukung lainnya. Guru juga merasa lebih percaya diri dalam menyampaikan materi abstrak kepada siswa karena adanya dukungan visual dan interaktif dari simulasi PhET.
“Siswa jadi lebih mudah memahami konsep yang sulit seperti hukum Newton dan struktur atom, karena bisa melihat langsung simulasi pergerakan dan interaksi partikel,” ujar salah satu guru IPA peserta pelatihan.
Dari hasil pengamatan, penggunaan laboratorium virtual juga menunjukkan dampak positif terhadap keterlibatan siswa dalam proses belajar. Aktivitas siswa meningkat, pemahaman konsep lebih baik, dan siswa terlihat lebih termotivasi saat mengikuti pembelajaran berbasis teknologi. Aplikasi ini bahkan bisa digunakan dalam pembelajaran daring maupun luring, sehingga fleksibel untuk berbagai kondisi pembelajaran.
Dr Septi dan tim menyimpulkan bahwa pemanfaatan laboratorium virtual ini merupakan langkah strategis untuk mengatasi keterbatasan fasilitas tanpa mengorbankan kualitas pembelajaran. Ke depan, perancangan bahan ajar berbasis simulasi akan terus dikembangkan agar dapat mencakup lebih banyak topik dan jenjang pendidikan.
Melalui pelatihan laboratorium virtual ini, tim dosen dari Umsida berhasil membuktikan bahwa teknologi pendidikan seperti PhET Interactive Simulations dapat menjadi solusi konkret dan aplikatif dalam mengatasi keterbatasan praktikum di sekolah. Kolaborasi antara dunia akademik dan institusi pendidikan menengah seperti ini sangat diperlukan untuk memastikan bahwa proses pembelajaran tetap berjalan optimal, bahkan dalam kondisi minim fasilitas. Dengan semangat inovasi dan kolaborasi, kualitas pendidikan sains di Indonesia dapat terus meningkat dan menjawab tantangan zaman secara adaptif.