ipa.umsida.ac.id — Penelitian yang dilakukan oleh dosen Program Studi Pendidikan IPA Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Dr Noly Shofiyah MPd MSc, Dr Ria Wulandari MPd, dan dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Dr Enik Setiyawati MPd, berhasil mengembangkan modul dinamika partikel berbasis permainan tradisional yang diintegrasikan dalam e-learning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul ini dinyatakan layak digunakan dan mampu meningkatkan keterampilan literasi sains mahasiswa.
Literasi Sains di Indonesia dan Pentingnya Inovasi
Kemampuan literasi sains generasi muda Indonesia masih menghadapi tantangan besar. Berdasarkan laporan PISA 2018, skor literasi sains siswa Indonesia hanya mencapai 396, jauh di bawah rata-rata OECD sebesar 489. Kondisi ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-9 dari bawah dalam penilaian sains.
Menurut tim peneliti, salah satu penyebab rendahnya literasi sains adalah pemilihan sumber belajar yang kurang kontekstual. Buku ajar sains di sekolah sering kali hanya menampilkan ilustrasi umum dan jarang mengaitkan konsep dengan kearifan lokal atau fenomena nyata di sekitar siswa. Akibatnya, siswa cenderung menghafal tanpa benar-benar memahami penerapan konsep ilmiah dalam kehidupan sehari-hari.
Lihat Juga: Kunjungan Lapangan Tingkatkan Kepedulian Mahasiswa terhadap Lingkungan Hidup
Untuk menjawab permasalahan tersebut, para peneliti Umsida mengembangkan modul inovatif dengan mengintegrasikan materi dinamika partikel dengan permainan tradisional, seperti tarik tambang, boy-boyan, dan geredan pelepah pinang. Pendekatan ini diharapkan dapat membuat pembelajaran lebih kontekstual, menarik, sekaligus memperkuat kemampuan literasi sains mahasiswa.
Pengembangan Modul Dinamika Partikel Berbasis Kearifan Lokal dan E-Learning
Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D) ala Borg and Gall dengan tahapan mulai dari studi pendahuluan, perencanaan, pengembangan produk, validasi ahli, revisi, hingga uji lapangan. Modul kemudian diimplementasikan melalui sistem e-learning untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran jarak jauh.
Validasi dilakukan oleh para ahli dengan menilai lima aspek, yaitu isi materi, bahasa, penyajian, kesesuaian dengan kearifan lokal, dan relevansi terhadap literasi sains. Hasil validasi menunjukkan skor rata-rata 4,2 dengan kategori layak/valid. Modul ini dinilai memenuhi syarat untuk digunakan dalam pembelajaran IPA.
Pada tahap uji lapangan, sebanyak 20 mahasiswa semester 4 Pendidikan IPA Umsida terlibat sebagai responden. Mereka mengikuti pembelajaran jarak jauh menggunakan modul tersebut dengan desain one group pretest-posttest. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada keterampilan literasi sains mahasiswa, khususnya dalam menganalisis konsep hukum Newton melalui permainan tradisional.
Menariknya, mahasiswa tidak hanya belajar konsep abstrak seperti hukum gerak Newton, tetapi juga mempraktikkannya melalui analisis permainan tradisional. Misalnya, tarik tambang digunakan untuk menjelaskan hukum III Newton tentang aksi-reaksi, sementara permainan boy-boyan digunakan untuk melatih analisis gaya dan gerakan.
Hasil Penelitian dan Implikasi bagi Pendidikan IPA
Penerapan modul berbasis kearifan lokal ini terbukti memberi pengaruh sedang terhadap peningkatan literasi sains mahasiswa. Data hasil pretest dan posttest menunjukkan bahwa 21% mahasiswa mencapai kategori tinggi, 63% kategori sedang, dan 16% kategori rendah dalam kemampuan literasi sains.
Lihat Juga: Profil Lulusan Pendidikan IPA Umsida: Mencetak Pendidik dan Pengembang Media Pembelajaran yang Kompeten
Selain peningkatan pemahaman konsep, penelitian ini juga menekankan pentingnya penggunaan kearifan lokal dalam pembelajaran IPA. Dengan memasukkan permainan tradisional, mahasiswa lebih mudah mengaitkan teori dengan praktik nyata, sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna dan kontekstual.
Tim peneliti menyimpulkan bahwa modul berbasis permainan tradisional dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan literasi sains mahasiswa di era digital. “Integrasi kearifan lokal dalam pembelajaran IPA tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep, tetapi juga membangun koneksi antara ilmu pengetahuan dengan budaya masyarakat,” jelas tim peneliti.
Implikasi dari penelitian ini cukup luas, terutama dalam konteks pengembangan kurikulum. Guru maupun dosen IPA dianjurkan untuk mengembangkan bahan ajar berbasis kearifan lokal lainnya, sehingga siswa dapat lebih dekat dengan ilmu pengetahuan yang mereka pelajari. Selain itu, penerapan modul dalam e-learning memungkinkan mahasiswa belajar secara mandiri, fleksibel, dan tetap kontekstual meskipun dalam pembelajaran jarak jauh.
Penulis: Mutafarida