Dosen Umsdia Lakukan Pelatihan di SMP Sepuluh November Sidarjo

Fpip.umsida.ac.id – Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menyelenggarakan pelatihan bagi guru-guru IPA dan Matematika.

Pelatihan ini bertujuan untuk memanfaatkan teknologi laboratorium virtual sebagai solusi dalam keterbatasan alat praktikum di sekolah, terutama di masa pandemi Covid-19 yang membatasi pembelajaran tatap muka.

Pelatihan yang diadakan oleh tim pengabdian masyarakat dari Umsida, yaitu Septi Budi Sartika, Nur Efendi, dan Luluk Iffatur Rocmah, mengusung topik penggunaan PhET Interactive Simulations.

PhET merupakan sebuah aplikasi berbasis simulasi yang memungkinkan siswa untuk melakukan praktikum secara virtual. Aplikasi ini dirancang untuk membantu siswa memahami konsep-konsep sains dan matematika yang abstrak melalui eksperimen interaktif.

Lihat Juga: Umsida Jalin Kerjasama dengan Sangkhom Islam Wittaya School Thailand

Pentingnya Pelatihan Praktikum
Sumber: Pixels

Dalam pembelajaran IPA, praktikum memainkan peran penting untuk memfasilitasi pemahaman siswa tentang fenomena alam.

Namun, keterbatasan alat dan bahan di laboratorium sering menjadi hambatan utama bagi sekolah-sekolah, terutama sekolah menengah pertama seperti SMP Sepuluh Nopember.

Hal ini juga berlaku untuk pelajaran matematika, di mana simulasi matematika seringkali dibutuhkan untuk menjelaskan konsep-konsep abstrak.

Menurut hasil wawancara dengan kepala sekolah SMP Sepuluh Nopember, sebagian besar kegiatan praktikum IPA selama ini dilakukan di kelas, dengan minim penggunaan laboratorium.

Modul praktikum yang tersedia juga belum mencakup semua tingkatan kelas, sehingga sering kali siswa hanya mengandalkan buku paket dan penjelasan guru.

Namun, dengan adanya laboratorium komputer yang memadai di sekolah tersebut, penggunaan laboratorium virtual PhET bisa menjadi solusi praktis.

Laboratorium virtual ini tidak hanya memudahkan guru dalam mengajar, tetapi juga memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan praktikum, meskipun tanpa kehadiran alat fisik di laboratorium.

Respons Positif dari Guru

Pelatihan ini mendapat respons positif dari guru-guru IPA dan Matematika di SMP Sepuluh Nopember. Berdasarkan angket yang diisi oleh peserta pelatihan, lebih dari 50% guru memberikan skor tinggi untuk berbagai aspek pelatihan.

Para guru merasa bahwa pelatihan ini relevan dengan kondisi pembelajaran saat ini, terutama dalam masa pandemi di mana kegiatan belajar dari rumah menjadi tantangan tersendiri.

Salah satu guru peserta pelatihan mengatakan, “Pelatihan ini memberikan angin segar bagi kami. Selama ini, kami kesulitan untuk melakukan praktikum karena keterbatasan alat. Namun, dengan adanya PhET, kami bisa terus melaksanakan praktikum secara virtual tanpa harus bergantung pada alat-alat fisik di laboratorium.”

Selain itu, materi yang disampaikan juga dinilai sesuai dengan kurikulum 2013, sehingga para guru merasa siap untuk mengimplementasikan simulasi PhET dalam proses pembelajaran mereka.

Aplikasi PhET ini juga bisa diakses secara online maupun offline, yang membuatnya sangat fleksibel digunakan dalam berbagai kondisi.

Baca juga: 5 Cara Menerapkan Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa

Meningkatkan Pemahaman Siswa
Sumber: Pixels

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa penggunaan PhET Interactive Simulations dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPA.

Menurut Sujanem dkk (2019), simulasi PhET membantu guru dalam mengatasi keterbatasan alat dan bahan di laboratorium dengan menyediakan simulasi interaktif yang dapat diakses oleh siswa baik di dalam maupun luar kelas.

Sementara itu, Khaerunnisak (2018) menemukan bahwa simulasi ini tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep siswa, tetapi juga memotivasi mereka untuk belajar lebih mendalam. Ini terutama berlaku dalam pembelajaran IPA yang melibatkan konsep-konsep yang sulit dipahami seperti atom, energi, dan gaya.

Di SMP Sepuluh Nopember, hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan PhET dalam praktikum IPA cenderung lebih aktif dan terlibat dalam pembelajaran.

Mereka dapat melakukan eksperimen virtual, memanipulasi variabel, dan melihat hasilnya secara langsung, yang membuat konsep-konsep IPA menjadi lebih nyata dan mudah dipahami.

Dari pelaksanaan pelatihan ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan laboratorium virtual berbasis aplikasi PhET sangat efektif dalam menggantikan praktikum nyata yang sulit dilakukan karena keterbatasan alat.

Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk tetap melakukan praktikum secara interaktif, baik secara online maupun offline.

Untuk kelancaran kegiatan praktikum dengan laboratorium virtual, disarankan agar guru merancang bahan ajar yang dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dapat memandu siswa dalam melakukan simulasi.

Selain itu, instalasi aplikasi PhET di komputer sekolah atau pemanfaatan jaringan WiFi di laboratorium komputer juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan penerapan metode ini.

Kegiatan pelatihan seperti ini diharapkan dapat terus dilakukan secara berkesinambungan, tidak hanya di SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo, tetapi juga di sekolah-sekolah lain yang menghadapi masalah serupa.

Dengan demikian, kualitas pembelajaran IPA dan Matematika di Indonesia dapat meningkat, dan siswa dapat lebih mudah memahami konsep-konsep yang disampaikan oleh guru.

Sumber: Pelatihan penggunaan laboratorium virtual bagi guru IPA dan matematika di SMP Sepuluh Nopember Sidoarjo

Penulis: Aisyah Windy