ipa.umsida.ac.id — Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (Prodi IPA) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menyelenggarakan Kuliah Umum yang menghadirkan Irwan A. Kautsar MKom PhD, dari Umsida, pada Kamis, 14 Juni 2025. Dalam pemaparannya, Irwan A. Kautsar menguraikan tentang pentingnya implementasi teknologi canggih AI, seperti Kecerdasan Komando dan Kontrol (KKA) yang memadukan C2 Thinking dengan Deep Learning, serta tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan generasi siap digital.
Penerapan AI dalam Pendidikan dan Pentingnya Literasi Digital
Dalam kuliah umum tersebut, Irwan A. Kautsar MKom PhD menyampaikan pemikirannya tentang peran Kecerdasan Komando dan Kontrol (KKA) dalam dunia pendidikan. Ia menjelaskan bahwa C2 Thinking dan Deep Learning merupakan dua komponen utama yang dapat membantu mengoptimalkan pembelajaran berbasis AI. “Penting bagi kita untuk memahami bahwa KKA yang menggabungkan C2 Thinking dengan Deep Learning bisa membawa kita pada tahap selanjutnya dalam pembelajaran yang lebih adaptif dan cerdas,” ungkap Irwan.
Ia juga menyoroti pentingnya literasi digital dan kemampuan polyglot (kemampuan berbicara lebih dari satu bahasa) sebagai “modal” esensial untuk sukses di era digital. Di tengah kemajuan teknologi yang semakin pesat, literasi digital menjadi syarat penting agar siswa dan tenaga pendidik tidak tertinggal dalam memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran. “Keterampilan ini akan menjadi bekal yang sangat berguna untuk berkompetisi dalam dunia digital yang terus berkembang,” lanjutnya.
Penguatan Jejaring dan Pentingnya Visi Besar dalam Dunia Pendidikan
Dalam sesi pemaparan, Irwan juga menekankan pentingnya memiliki visi yang besar dalam menghadapi dunia pendidikan digital. Ia menyebutkan konsep “Digital Nomad” sebagai bagian dari perubahan besar yang harus disadari oleh semua pihak, terutama pendidik. “Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga perancang masa depan anak-anak. Kita perlu memiliki visi yang lebih luas tentang bagaimana mengarahkan mereka di dunia yang semakin terhubung dengan teknologi,” ujar Irwan.
Lihat Juga: Kolaborasi PPII dan Prodi Pendidikan IPA Umsida untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Irwan menambahkan bahwa penguatan jejaring alumni juga menjadi faktor yang tidak kalah penting dalam membangun masa depan pendidikan. “Jejaring alumni memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini bisa membantu menciptakan peluang kerja, kolaborasi penelitian, dan memperluas wawasan pendidikan,” katanya. Ia juga menggarisbawahi pentingnya pemanfaatan studi pelacakan (tracer study) dan pertemuan ilmiah untuk memperkuat data dan jejak pendidikan.
Sebagai informasi tambahan, Irwan mengutip proyeksi dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yang memprediksi adanya defisit sekitar 500.000 talenta digital per tahun pada 2025. Proyeksi ini menunjukkan betapa pentingnya peran pendidikan dalam mengisi kesenjangan digital ini. “Kita harus mengambil peran aktif untuk mengatasi kesenjangan ini dan memastikan bahwa siswa kita siap menghadapi tantangan digital di masa depan,” tegasnya.
Menjawab Tantangan dalam Penggunaan AI dalam Pendidikan
Dalam sesi tanya jawab, beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan terkait penerapan AI dalam pendidikan. Salah satunya adalah Rifky, yang menanyakan tentang kekhawatiran siswa yang mungkin menjadi malas berpikir karena kemudahan dalam mendapatkan jawaban melalui AI. Irwan menjawab, “Untuk mengatasi ini, kita harus memberikan tantangan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda, jadi tantangan yang diberikan harus disesuaikan. Selain itu, dalam kegiatan kelompok, penting untuk memastikan bahwa setiap anggota memahami konsep yang diajarkan.”
Putri, seorang mahasiswa lainnya, bertanya tentang bagaimana guru dapat beradaptasi dengan teknologi dan mempersiapkan siswa agar lebih siap menghadapi dunia yang serba digital. Irwan menekankan pentingnya adaptasi bagi pendidik. “Sebagai guru, kita harus selalu belajar dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Dengan digital literacy yang baik, kita dapat menjadi guru profesional yang tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga membimbing siswa untuk memahami dan memanfaatkan teknologi secara bijak,” jelas Irwan.
Irwan menambahkan bahwa penting bagi guru untuk mengintegrasikan AI ke dalam proses pembelajaran, namun dengan pengawasan yang baik. “AI adalah alat bantu, bukan pengganti guru. Sebagai pendidik, kita tetap memegang peranan penting dalam membimbing siswa untuk berpikir kritis dan membuat keputusan yang bijak.”
Kuliah umum ini memberikan banyak wawasan baru bagi mahasiswa dan pendidik tentang bagaimana AI dan Deep Learning dapat diimplementasikan dalam pendidikan. Irwan berharap bahwa pendidikan di Indonesia dapat mengembangkan kompetensi digital para pendidik dan siswa dengan menerapkan teknologi secara bijak. “Teknologi harus menjadi alat bantu untuk memperkaya pembelajaran, bukan untuk menggantikan peran guru. Guru harus menjadi pemandu yang membimbing siswa untuk berpikir kritis dan kreatif,” tutup Irwan.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang teknologi, harapannya para pendidik di Indonesia dapat mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan di dunia yang semakin terhubung dengan teknologi digital. Kuliah umum ini menjadi momen penting untuk memperkenalkan konsep-konsep digital literacy dan AI dalam pendidikan yang dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran di Indonesia.
Penulis: Mutafarida